Kericuhan terjadi di Pekan Olahraga Provinsi Sumatera Utara pasalnya salah satu atletnya asal Kota Medan,Arif Fadhilah, yang menjadi Juara South East Asia Karate Federation (SEAKF) di Vietnam pada tahun 2018 lalu dilarang untuk bertanding pada Kejuaraan yang menentukan atlet untuk berlaga pada PON 2020 mendatang di Papua.

Berdasarkan berita yang dilansir dari Medan Bisnis Daily tersebut, pada Selasa (25/6/19) pagi, pertandingan yang dilaksanakan di Gedung Serbaguna Universitas Negeri Medan tersebut mendadak terhenti sehubungan dengan adanya aksi protes dari perguruan INKANAS atas pelarangan atlet berprestasi International yaitu Arif Fadhilah yang dilarang bertanding dikarenakan pada saat itu ybs tidak mengikuti PORWIL 2018. Padahal pada saat itu Arif sedang membawa merah putih untuk bertanding di ajang International SEAKF. Keputusan tersebut dianggap sangat tidak adil, apalagi Arif berhasil mengharumkan bangsa dengan memberikan medali emas untuk Indonesia.

Aksi protes tersebut dilakukan dengan memblokir matras yang digunakkan untuk pertandingan tersebut sehingga pertandingan pun terpaksa terhenti. “Kami akan tetap di matras ini sampai Arif diperbolehkan bertanding. Kalau memang kalian jago, main lah, kenapa takut? Sportif dong karate itu olahraga sportif. Main lah main kumite, jangan kalian bunuh karir atlet,” sebut Ibu Oni, pengurus dari Perguruan Inkanas itu yang membela Atlet Juara I POPNAS 2017 tersebut.

Hal senada diucapkan Pembina INKANAS SUMUT yaitu Shihan Hadismar, “Yang membuat kita sangat kecewa, kenapa satu atlet yang juga sama tidak mengikuti Porwil 2018 lalu malah diperbolehkan bertanding, sementara Arif malah tidak, ini kan jadi pertanyaan kita,” kata Hadismar, di Gedung Serba Guna Unimed, Selasa (25/6/2019) siang.

Apalagi, tambah Hadismar lagi, Arif yang ikut di Kejuaraan SEAKF 2018 di Vietnam lalu itu berhasil merebut medali emas. Bahkan sebelum berangkat, Arif sudah dinyatakan mendapat wild card untuk bertanding di arena Porprovsu 2019.

“Jadi jangan gara-gara kepentingan sepihak malah mengorbankan masa depan atlet,” tegasnya lagi.

Pelatih Arif juga menyampaikan hal yang serupa, Jintar Simanjuntak. Mantan atlet nasional ini cukup menyayangkan keputusan oleh pihak panitia.

“Sebelum berangkat ke SEAKF sudah ada keputusan di manager meeting kalau mereka yang berangkat ke kejuaraan tingkat Asia itu akan mendapat wild card di Porprovsu ini, tapi kenapa keputusan ini malah berbuah, lucunya lagi atlet yang sama berangkat ke Vietnam justru ikut bertanding di Porprovsu,” keluh Jintar, yang juga pelatih FORKI Sumut ini.

Diketahui, selain Arif Fadhilah ada satu atlet lainnya yakni Wahyu Rizky yang berangkat ke ajang SEAKF di Vietnam. Namun hanya Arif Fadhilah yang sukses merebut medali emas di ajang ini. Tapi anehnya, Arif Fadhilah tidak diperbolehkan ikut bertanding, sementara nama Wahyu Rizky masuk dalam kelas – 75 Kg kumite putra hingga memantik protes di arena Porprovsu.

“Secara aturan memang itu haknya Ketua umum (Rahmat Shah), tapi ketua umum itu sudah Acc (memberikan wild card), jadi kenapa Arif masih tidak diberi izin bertanding. Kasihan, ini yang menjadi korban adalah atlet, dia masih muda masih berusia 18 tahun cukup potensial merebut mesali emas PON,” beber Jintar lagi.

Hingga berita ini dibuat, www.oshinfo.com berusaha mendapatkan klarifikasi kepada Ketua Umum FORKI Sumut Bpk Rahmat Shah, namun hingga kini pesan via whatsapp tersebut belum dibalas oleh beliau.

Hal ini sangat disayangkan oleh para senior Karate dari Sumatera Utara, karena kesempatan Porprov ini merupakan ajang seleksi untuk tim PON 2020 dan membawa gengsi daerah. Selain itu, pada event ini bertebaran juga atlet-atlet Sumut berprestasi International seperti:

  1. Srunita Sari (peraih emas Sea Games)
  1. Dessynta Banurea (peraih emas Sea Games)
  1. Tri Winarni (Pelatnas Sea Games, Juara 3 AKF)
  1. Daniel Hutapea (Pelatnas Sea Games, Juara 1 AKF)
  1. Nicky Dwi Octari (peraih perak SEAKF)
  1. Trie Rantika (Peraih Emas SEAKF)
  1. Dwi Fadhilah (peraih perah AKF)