Coki, Sisil dan Sari di Berlin. Foto: Special by @oshcollection

Usai sudah perhelatan Asian Games, bukan berarti selesai sudah perjuangan para atlet Karate Indonesia. Mereka masih perlu berjuang keras untuk meraih mimpi untuk dapat berlaga di ajang multi event terbesar yaitu Olimpiade 2020 di Tokyo. Hal ini sangatlah special bagi Karateka di seluruh Indonesia, karena momen ini merupakan ajang pertama kalinya Karate di pertandingkan di Olimpiade. Untuk mencapainya, para atlet harus menjaga peringkat mereka agar masuk dalam batas aman untuk dapat mengikuti multi event di tanah kelahiran Karate tersebut.
Inisiatif muncul dari 3 Srikandi Indonesia yaitu Cok Istri Agung (Perunggu Asian Games 2018, Emas Sea Games 2017), Srunita Sari (Emas Sea Games 2017, Runner Up WKF WPL Rotterdam 2018) dan Sisilia Ora (Runner up Sea Games 2017). Mereka saat ini masuk dalam ranking 50 besar dunia sehingga berpeluang untuk dapat mengikuti event kualifikasi Olimpiade 2020. Saat ini (12/9) mereka memiliki ranking 9 (Srunita Sari), Ranking 15 (Coki) dan Ranking 24 (Sisilia).

Untuk mempertahankan ranking tersebut, mereka perlu secara rutin mengikuti event-event Internasional agenda World Karate Federation (WKF) yaitu World Championship (di Madrid November 2018), Continental Event yaitu AKF Di Jordania (telah dilaksanakan July 2018), beberapa event World Premier League (WPL) dan beberapa event Series A.

Salah satu dari rangkaian agenda diatas adalah mengikuti WPL di Berlin pada 14-16 September 2018 lalu. Usaha mereka tidaklah mudah, mereka berinisiatif mendaftar kegiatan ini secara mandiri. Untunglah niatan mereka disambut baik oleh PB FORKI sehingga organisasi olahraga pimpinan Jend TNI (Purn) Gatot Nurmantyo ini memberikan support kepada Srunita Sari dan Coki untuk mengikuti event ini. Namun tidak demikian dengan Sisilia Ora yang memang saat ini berada diluar timnas Karate Indonesia pada Asian Games lalu. Sehingga Sisilia berusaha secara mandiri untuk dapat membiayai kegiatan tersebut untuk meraih cita citanya mengibarkan bendera Indonesia di ajang multi event terbesar tersebut.

Kemudahan dari PB FORKI telah diraih, namun mereka tetap harus secara mandiri berangkat ke Berlin bertiga tanpa didampingi pelatih, official dan manager. Hal ini tidak mudah, karena untuk Kumite diperlukan pelatih yang dapat mengeluarkan Kartu Banding agar wasit dapat memeriksa video review jika ada ketidak tepatan dalam pengambilan keputusan wasit yang bertugas yang dapat merugikan atlet Indonesia. Untuk Kata juga pelatih sangat diperlukan sebagai pengatur strategi Kata yang dimainkan oleh Atlet dimana disesuaikan tergantung lawan yang dihadapi. Official dan Manager juga berperan penting dalam menangani administrasi dan mengkondisikan atlet selama berada disana agar atlet dapat fokus 100% untuk bertanding. Layaknya backpacker mereka mencari penginapan murah agar dapat menghemat pengeluaran mereka. Mereka pun terlihat dalam beberapa foto di social medianya sedang masak bersama dan saling membantu.

Hasil dari Berlin mungkin tidak terlalu memuaskan bagi mereka. Sisilia kalah oleh Viviana Bottario dari Itali yang pada WPL di Istanbul lalu meraih Emas setelah mengalahkan Juara Dunia Kiyou Shimizu dari Jepang di Final. Coki harus puas setelah dikalahkan oleh Semankova Viktoria dari Slovakia dengan skor 6-3. Sedangkan Srunita Sari sempat menang beberapa kali melawan Thailand (3-0), Perancis (4-1) namun harus puas dengan kalah tipis dari Turki dengan skor (1-0) dan berakhir dengan meraih peringkat 7 pada Kejuaraan ini.

Walaupun demikian, mereka tidak putus asa. Jauh-jauh hari mereka telah mendaftarkan diri mereka untuk mengikuti WPL berikutnya di Tokyo Jepang pada tanggal 12-14 Oktober nanti. Kali ini mereka tidak berjuang sendirian, melainkan dengan tim nasional secara utuh dengan manager, official, pelatih dan atlet-atlet lainnya.

Semoga perjuangan mereka dapat memberikan nama baik untuk bangsa dan negara. (rm)