Olimpiade Tokyo 2020 memberikan cerita tersendiri bagi insan Karate seluruh dunia. Selain cerita mengenai dipertandingkannya Karate pertama di Olimpiade dan pembagian medali yang terbilang merata ke masing-masing negara, Olimpiade kali ini menimbulkan kontroversi yang akan tercatat dalam sepanjang sejarah Karate di Olimpiade.

Yaitu Sajad Gandzadeh, seorang Karate-Ka Iran yang kita mungkin sudah sama-sama melihat langsung penampilan menawannya pada Kejuaraan Asian Games 2018 di Jakarta lalu dimana Sajad meraih Emas Asian Games kelas Kumite +84 Kg Putra. Pada Olimpiade kali ini, Sajad juga berhasil meraih medali Emas satu satunya untuk negara Iran. Namun medali yang diperoleh bukan dari hasil memberikan poin lebih tinggi dari lawannya melainkan dikarenakan lawan tersebut terkena diskualifikasi dikarenakan serangannya terbilang tidak sesuai dengan peraturan pertandingan WKF (World Karate Federation) dimana setiap serangan tidak boleh Hard Contact atau kontak fisik berlebih yang dapat menciderai lawan.

Serangan tendangan dari Tareg Hamedi asal Saudi Arabia berhasil mengenai bagian samping kanan wajah Sajad sehingga beberapa wasit pun langsung mengangkat bendera setinggi-tingginya menandakan bahwa Tareg berhasil memasukkan poin tertinggi dalam Karate yang dinamakan Ippon. Tareg pun langsung girang akan serangannya karena dengan poin tersebut akan mempersulit Sajad untuk menyusul dengan poin ketertinggalan poin dari 4-1 menjadi 7-1. 

Namun sayangnya, seketika itu Sajad yang tumbang setelah langsung menerima tendangan telak Tareg ke wajah Sajad tidak dapat bangun bahkan setelah Wasit menghitung 10 hitungan. Tim sigap medis pun langsung masuk ke tatami dan melakukan pemeriksaan dengan hasil bahwa Sajad tidak dapat melanjutkan pertandingan.

Sepintas terlihat dalam LIVE. wasit melakukan diskusi terlebih dahulu sebelum memberikan keputusan akhir yaitu dengan manghukum Tareg Hamedi dengan Hanshoku yang berarti walaupun Sajad Gandzadeh tidak dapat melanjutkan pertandingan dan kalah skor 1-4 namun dengan demikian Sajad dinyatakan menang 4-0 karena lawannya didiskualifikasi. Pria asal Saudi Arabia berusia 23 tahun tersebut langsung menangis tersedu-sedu sampai mengabaikan bahwa pertandingan harus ditutup dengan hormat terlebih dahulu.

Kejadian ini sangat mencengangkan sampai dibuat meme nya dimana-mana dan menjadi kontroversi tersendiri. Beberapa orang berpendapat bahwa harusnya Sajad yang diberikan hukuman karena telah melakukan mubobi atau bertindak membahayakan diri sendiri dengan maju hendak memberikan serangan tanpa persiapan ketika Tareg melancarkan tendangan mawashi yang berakibat benturan keras pada muka Sajad.

Untuk memastikan akan keputusan wasit yang dikeluarkan pada saat itu, tim OSH INFO langsung melakukan konfirmasi dengan Ketua Dewan Wasti PB FORKI yaitu Sensei Haifendri Putih. Beliau mengatakan ketika terjadi serangan telak yang mengakibatkan lawan tidak bisa bangun dalam 10 hitungan, maka keputusan wasit yang mungkin terjadi ada 3.

  1. Kondisi atlet dinyatakan oleh dokter menerima serangan berat sehingga tidak dapat melanjutkan pertandingan, maka lawan yang melakukan serangan keras tersebut akan diberikan hukuman Hanshoku oleh wasit.
  2. Tim dokter menyatakan bahwa cidera yang diterima oleh atlet tersebut tergolong cidera ringan maka diputuskan hukuman KIKEN terhadap atlet yang menerima serangan tersebut. KIKEN juga berarti atlet tersebut ‘tidak ingin’ melanjutkan pertandingan dikarenakan serangan yang dinyatakan ‘ringan’ oleh dokter tersebut mengakibatkan atlet  ‘tidak dapat’ bangun kembali dalam 10 detik.
  3. Atlet yang cidera tersebut terkena hukuman Mubobi dalam arti mengabaikan keselamatan sendiri ketika melakukan serangan. JIka hal ini terjadi, maka atlet tersebut akan mendapat hukuman namun pertandingan tetap dilanjutkan tanpa ada perubahan skor.

Untuk detil penjelasan Sensei Haifendri Putih tersebut, dapat disaksikan di OSH TV berikut ini: